At Taujih

Mengawal Wacana Iqomatuddiin

NASIONALISME, KEDOK MELANGGENGKAN KEKUASAAN

• Setiap orang yang ingin menegakkan islam dianggap anti nasionalisme. Nasionalisme seperti sebuah standart kebahagiaan Indonesia.

Para elit politik yang mengkalim diri ’nasionalis’, selalu melihat Islam tidak nasionalis dan mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tak hanya itu, orang-orang yang menyodorkan syari’at islam untuk diterapkan di negeri ini sebagai solusi berbagai masalah desebut dengan tidak “nasinalis”. Benarkah demikian ?
Padahal inti nya adalah menyejahterakan bangsa Indonesia. Bukan nasinalisme dan anti nasionalisme. Apa gunanya kalau ternyata tidak membuat sejahtera dan hanya menyengsarakan.
Bahkan ketika salah satu partai yang berasaskan islam berusaha untuk mengangkat calonnya, dan berhadapan dengan parpol-parpol berazas pancasila mereka mengatakan “ kita sedang berhadapan dengan musuh idiologis. Presiden SBY adalah musuh politik, tapi ada yang lebih dari itu, yaitu musuh ideologis, dan kita sedang berhadapan dengan musuh ideologis”. (www.detik.com 15 Maret 2006)
Jika sikap mereka terhadap sesama parpol saja demikian, apa lagi dengan orang-orang yang diluar parpol ? mungkin akan dijuluki dengan julukan-julukan yang lebih kasar. Sudah banyak para pejuang-pejuang islam zaman dahulu di sebut pemberontak hanya karena ingin menerapkan syari’at islam di negeri ini. Hanya karena ingin menggantikan undang-undang negeri ini, dan menyelamatkan negeri ini dari kehancuran moral dianggap sebagai orang yang tidak nasionalis. Mareka akan tetap mempertahankan aspek pluralisme dan Bhinneka Tunggal Ika, karena mereka tidak senang jika pluralisme dan Kebhinnekatunggalikaan terancam, katanya.
Permasalahan ini sebenarnya merupakan sesuatu yang penting ditinjau dari sudut pemikiran Islam. Jika dilihat pada umumnya, sebenarnya mereka menebarkan fitnah atas perjuangan harakatul ishlah (gerakan perbaikan). Mereka telah menumpas perjuangan generasi muda dalam usahanya memperbaiki negeri ini. Mereka tidak menengok kebelakang peran pejuang-pejuang islam Indonesia. Dan dibalik semua itu, ada tujuan yang mereka sembunyikan yaitu melanggengkan kekuasaan elit politik di negeri ini.

Islam dan Nasionalisme
Nasionalisme menjadi sebuah isme yang dianut oleh rakyat setiap negara. Islam menjadikan dakwahnya bersifat universal dan integral, dan melihat bahwa tidak ada sisi baik yang ada pada sebuah isme, kecuali telah dirangkum dan diisyaratkan dalam dakwah islam ini. Banyak orang terpesona dan mengaku sebagai seorang nasionalis dengan persepsi nasionalisme yang mereka anut masing-masing.
Jika yang dimaksud nasionalisme oleh para penyerunya adalah mencintai tanah air, akrab dengannya, rindu kepadanya, dan ketertarikan pada hal di sekitarnya, maka sesungguhnya hal ini telah tertanam dalam fitrah manusia di satu sisi. Yaitu negeri yang menerapkan islam dan berusaha mengatur manusia dan hukum-hukum islam. Bahkan syaikh Abdullah Azzam menulis buku Ad difa’ ‘an aroodhil muslimiin ahammu furudhul a’yaan (membela tanah air umat islam sesuatu yang paling penting diantara kewajiban-kewajiban lain).
Adalah sahabat Bilal a yang telah mengorbankan segalanya demi akidah dan agama, adalah juga Bilal yang mengungkap kerinduan pada Mekah melalui bait-bait syair yang lembut dan indah.

Oh angan … mungkinkah semalam saja aku dapat tidur
Di suatu lembah, dan rumput idkhir serta teman di sekitarku
Mungkinkah sehari saja aku mendatangi mata air mijannah
Mungkinkah Syamah dan Thafil nampakkan diri padaku

Rasulullah SAW tatkala mendengar gambaran tentang Mekah dari Ushail, tiba-tiba saja air mata beliau bercucuran, karena rindu padanya. Maka beliau berkata, ”Wahai Ushail, biarkan hati ini tenteram.”
Dalam suatu hadist Rasulullah ` bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَدِىِّ بْنِ حَمْرَاءَ الزُّهْرِىِّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَاقِفًا عَلَى الْحَزْوَرَةِ فَقَالَ : وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ وَلَوْلاَ أَنِّى أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ
Dari Abdullah bin Adi bin Hamro’ Az zuhri berkata : saya melihat Rasulullah ` di atas kendaraannya, kemudian bersabda : Demi Allah, sesungguhnya engkau (Makkah) adalah sebaik-baik bumi Allah dan bumi Allah yang paling kucintai. Seandainya aku tidak dikeluarkan darimu (Makkah) maka saya tidak akan keluar. (HR. Muslim, At Tirmidzi, Ahmad ).
Jika yang dimaksud nasionalisme oleh para penyerunya adalah keharusan bekerja serius untuk membebaskan tanah air dari penjajah, mengupayakan kemerdekaannya, serta menanamkan makna kehormatan dan kebebasan dalam jiwa putra-putrinya, maka sesungguhnya kaum muslimin Indonesia telah memberikan tauladan terbaik di saat perebutan kemerdekaan tanah air Indonesia dari tangan penjajah.
Hampir mayoritas perjuangan bangsa ini dipimpin oleh kaum santri dengan keberanian yang luar biasa, dan ketulusan yang tidak terbeli dengan sesuatu yang lebih murah nilainya.
Jika yang dimaksud nasionalisme oleh para penyerunya adalah memperkuat ikatan antar anggota masyarakat di satu wilayah dan membimbing mereka menemukan cara pemanfaatan kokohnya ikatan untuk kepentingan bersama, maka Islam menganggap itu sebagai kewajiban yang tidak dapat ditawar. Nabi ` telah bersabda, ”Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
Mereka yang mengaku sebagai seorang yang nasionalis ternyata dilapangan hanya untuk melanggengkan keuasaan, menumpuk harta, mengeruk kekayaan dan bahkan menggunakan fasilitas-fasilitas pemerintah untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Lihatlah ! berapa banyak rumah mewah yang mereka miliki, mobil mahal dan seluruh perabotan serba mahal. Jauh jika kita melihat sejarah penguasa-penguasa islam. Mereka hidup sederhana dan tidak akan mungkin menumpuk harta, sedangkan rakyat dibiarkan hidup sengsara. Maka jangan heran jika negeri ini tidak akan menjadi sejahtera karena undang-undang dan peraturannya hanyalah diperalat penguasa untuk kelompok tertentu. Mereka takut jika islam diterapkan, karena seluruh kecurangan-kecurangan tidak akan diberikan ruang gerak sedikitpun. Bahkan Rasulullah ` akan menghukum anak beliau jika mencuri. Sebagaimana bersabdanya :
لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ ابْنَةَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, akan aku potong tangannya (HR. Bukhori). Sungguh ajaran yang agung. Sebaliknya dinegeri yang nasionalis ini berapa pencuri-pencuri berdasi yang telah diadili ?, sebaliknya, mereka dilindungi oleh kroni-kroninya.
Jika nasionalisme yang mereka anut hanya memusatkan seluruh perhatian tertuju kepada kemerdekaan negaranya saja, dan kemudikan memfokuskan pada aspek-aspek fisik semata, maka Islam lebih luas daripada itu. Islam membimbing seluruh bangsa dengan cahaya menuju rahmat. Semuanya dilakukan bukan untuk mencari harta, popularitas, kekuasaan atas orang lain, dan bukan pula untuk memperbudak bangsa lain, akan tetapi untuk mencari ridha Allah semata, membahagiakan alam denganNya. Sehingga seluruh dunia mampu bekerjasama membangun dunia yang penuh rahmat Allah k.
Penutup
Tidak dapat disangkal bahwa Islam merupakan komponen penting yang turut mem-bentuk dan mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu. Perjuangan umat Islam merupakan suatu proses ke arah pembentukan pola tatanan baru dalam dinamika kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.
Dalam kurun waktu permulaan abad 20 hingga abad 21 sekarang ini, pergerakan Islam memberikan peran tersendiri di negeri ini. Perjalanan sejarah umat Islam di Indonesia memperlihatkan peranan yang amat dominan dalam menyuarakan dan menegakkan kemerdekaaan dalam segala aspeknya; menentang penjajahan, mengupayakan kemerdekaan politik untuk membebaskan diri dari belenggu pen-jajahan, perjuangan bersenjata dalam perang kemerdekaan, perjuangan di alam pembangunan dalam mengisi kemerde-kaaan, hingga menyuarakan kemerdekaaan berpikir, umat Islam tampil paling depan dengan segala konsekwensinya. Tapi, banyak kalangan yang melupakan peran tersebut dan menghalangi para penegak syari’at dan menamakan dengan nama yang tak pantas. Mereka tidak tahu bahwa tidak ada solusi untuk memperbaiki negeri ini kecuali dengan syari’at islam.
Jika dalam kemerdakaan, jutaan darah umat Islam telah tumpah ditambah sikap hidupnya yang senantiasa akan disumbangkan demi kemerdekaan Negara ini, lantas apa sumbangan Negara ini terhadap islam ? (Amru)

Filed under: syubhat

Tinggalkan komentar