At Taujih

Mengawal Wacana Iqomatuddiin

KARENA BERMENTAL BUDAK KEMENANGANPUN DITUNDA


قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ (24) قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (25) قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (26)

Mereka berkata: “Hai Musa, Kami sekali sekali tidak akan memasuki nya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, Sesungguhnya Kami hanya duduk menanti disini saja”. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. sebab itu pisahkanlah antara Kami dengan orang-orang yang Fasik itu”. Allah berfirman: “(Jika demikian), Maka Sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang Fasik itu.” [ QS. Al-Maa’idah 24 – 26 ].

Allah Ta’ala telah menjanjikan kemenangan bagi kaum mukminin. Bahkan al khilafah ‘ala minhajin nubuwwah akan Allah berikan kembali seblum terjadinya kiamat. Hal ini Rasulullah sallalahu alaihi wasallam sebutkan dalam hadist beliau ;

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).

Ummat hari ini sama persis dengan ummat nabi Musa alaihis salam akan janji kemenangan. Jika bani Israil dijanjikan kemenangan dengan syarat mau berjuang mengusir para penguasa di negeri Palestina, maka ummat kita hari ini dijanjikan kemenangan dengan syarat berjuang untuk mendapatkannya.


Bani israil yang membangkang

Disebutkan dalam ayat di atas, bahwa setelah Nabi Musa alaihis salam mengingatkan orang-orang Yahudi dan menjelaskan nikmat-nikmat itu, kemudian memerintahkan mereka agar berani menghadapi musuh-musuh Allah dengan janji bahwa Allah Ta’ala akan menolong mereka. Perintah Nabi Musa alaihis salam itu ialah, mereka harus memasuki tanah suci Palestina dan berdiam di negeri tersebut. Yaitu tanah yang telah Allah Ta’ala janjikan kepada mereka.

Para ulama’ berbeda pendapat tentang tanah yang suci tersebut. Mujahid berkata bahwa ia adalah Thur, sedangkan ad dhohak Iliya dan baitul maqdis. Sedangkan al kalbi berpendapat bahwa ia adalah damsyik dan Palestin serta sebagian Urdun. Sedangkan qotadah berkata bahwa ia adalah syam. [ Ma’alimut tanzil 3/35 ].
Tanah itu disebut suci karena telah sekian banyak nabi-nabi menempatinya yang senantiasa mengajak kepada agama Tauhid. Disamping itu, tanah tersebut bersih dari patung-patung dan kepercayaan yang sesat. Dan Nabi Musa alaihis salam melarang mereka murtad kembali menyembah berhala dan membuat keonaran dalam masyarakat dengan berbuat kelaliman dan mengikuti hawa nafsu. Jika mereka tidak mematuhi ketentuan itu mereka akan merugi, karena nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka itu akan dicabut kembali dan dibatalkan.

Setelah Nabi Musa alaihis salam dan kaumnya mendekati tanah yang makmur itu, ia memerintahkan kaumnya agar mereka memasuki tanah suci itu dan siap menghadapi penduduknya. Karena kaum Nabi Musa alaihis salam merasa lemah, rendah dan takut, mereka tidak mau masuk ke tanah Suci itu, bahkan mereka ingin kembali ke Mesir karena penduduk tanah suci itu adalah orang-orang yang kejam dan kasar. Mereka menyatakan kepada Nabi Musa alaihis salam bahwa mereka tidak akan masuk tanah suci itu selama penduduknya yang kejam itu masih di sana. Jika penduduknya telah meninggalkan tanah suci itu barulah mereka mau memasukinya.
Dari jawaban kaum Nabi Musa alaihis salam itu dapat diambil kesimpulan, bahwa mereka sangat lemah jiwanya dan tidak mempunyai keteguhan hati. Mereka tidak ingin memperoleh kebahagiaan dan mencapai kemuliaan dengan jalan berjuang. Mereka ingin memperolehnya tanpa perjuangan. Umat yang demikian sikap dan pendiriannya tidak akan memperoleh kemuliaan, kenikmatan, kebahagiaan dan kesejahteraan. Tentang kesuburan dan kemakmuran Palestina pada waktu itu dan keadaan penduduknya yang kuat-kuat gagah-gagah perkasa diakui oleh pengikut-pengikut Nabi Musa alaihis salam yang dikirimnya ke sana.

Setelah terungkap sikap kaum Nabi Musa alaihis salam dalam hal memasuki tanah suci dan berdiam di dalamnya, maka dua orang utusan dari kaum Nabi Musa alaihis salam yang memang bertakwa kepada Allah Ta’ala dan telah diberi kenikmatan dan memperoleh keridaan-Nya, menganjurkan kepada kaumnya agar mereka segera memasuki pintu Baitulmakdis. Apabila mereka telah memasukinya pasti mereka akan menang dalam mengusir penduduknya yang kuat itu. Kemenangan itu diperoleh atas pertolongan Allah Ta’ala yang telah dijanjikan dan pasti akan ditepati-Nya. Menurut riwayat dua orang itu ialah Yusya’ bin Nun dan Kahab bin Yuqanah. (Al Qurtubi, Al Jami’ li Ahkamil Quran, jilid 6, hal. 127)

Ajakan dua orang utusan itu tidak dapat mempengaruhi kaumnya dan tidak merubah semangat mereka. Kemudian diulangilah ucapan mereka kepada Nabi Musa alaihis salam bahwa mereka selamanya tidak akan masuk Palestina selama kaum yang perkasa dan angkuh penduduk negeri itu masih berada di sana. Mereka menandaskan bahwa jika Nabi Musa alaihis salam tetap berkehendak akan memasuki tanah Palestina, maka biar Nabi Musa alaihis salam saja bersama bantuan Tuhan yang akan memerangi kaum itu. Sedangkan mereka tetap membangkang tidak mengikuti Musa memasuki Palestina. Jawaban mereka ini menunjukkan kedangkalan pikiran dan kekurangan adaban mereka.

Setelah ajakan Nabi Musa alaihis salam tidak ditaati oleh kaumnya, bahkan mereka menolaknya maka Nabi Musa alaihis salam menyatakan keluhannya kepada Allah Ta’ala bahwa ia tidak dapat menguasai kaumnya. Karenanya Musa alaihis salam mohon kepada Allah Ta’ala agar Musa dan suadaranya di satu pihak dan kaumnya di pihak yang lain dipisahkan dan mohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan keputusan yang adil. Maka apabila kaumnya yang fasik itu akan disiksa, hendaklah Nabi Musa alaihis salam dan saudara-saudaranya di selamatkan dari siksaan itu.

Doa Nabi Musa alaihis salam itu dikabulkan. Dan Allah Ta’ala menyatakan bahwa sesungguhnya tanah suci itu diharamkan bagi mereka selama empat puluh tahun. Selama masa empat puluh tahun itu mereka selalu berada dalam kebingungan tidak mengetahui arah dan tujuan. Sesudah itu Allah Ta’ala menganjurkan kepada Nabi Musa alaihis salam agar tidak merasa susah atas siksa yang menimpa kaumnya yang fasik karena hal tersebut merupakan pelajaran dan pengalaman.

Menurut pendapat kebanyakan ahli tafsir, bahwa Nabi Musa dan Nabi Harun alaihis salam berada di padang Tih bersama-sama kaum Bani Israel, akan tetapi padang Tih itu bagi Nabi Musa dan Nabi Harun alaihis salam merupakan tempat istirahat dan menambah ketinggian derajat mereka. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang ingkar itu merupakan siksaan yang sangat berat. Setelah selesai peristiwa di padang Tih itu Nabi Musa dan Nabi Harun alaihis salam wafat. Kemudian fitrah orang-orang Bani Israel itu telah dirusak oleh kesesatan, perbudakan, penindasan dan paksaan raja-raja Mesir, hingga mereka sesat, pengecut, penakut dan hal itu telah mendarah daging pada diri mereka. Karenanya di waktu Musa alaihis salam membawa mereka ke arah kebenaran, keberanian dan kebahagiaan mereka tetap bersifat pengecut.

Sebuah pelajaran
Karakter bermental budak dan tidak mau berjuang sudah menjadi penyakit umat hari ini. Dan karakter pengecut, tidak siap berjuang, mau bergabung jika sudah menang sudah ada sejak zaman dahulu. Karakter seperti ini persis seperti karakter orang-orang munafik yang menginginkan sebuah perjuangan itu dengan hal-hal yang menyenangkan. Padahal tidak ada perjuangan yang menyenangkan. Tegaknya din islam adalah dengan deraian air mata dan tetesan darah para syuhada’.

Disamping itu, perjuangan menegakkan islam ini juga harus di ikuti oleh seluruh ummat islam. Jangan sampai kita hanya menunggu kemenangan datang tanpa ada usaha untuk meraihnya. Maka sangat indah apa yang di Mikdad bin Aswad saat terjadi perang Hudaibiyah. Beliau mendatangi rasulullah sallallahu alaihi wasallam ketika beliau tengah mendo’akan keburukan (kebinasaan) atas orang-orang musyrik, lalu dia berkata:’Ya Rasulullah, demi Allah, kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa ‘alaihissalam:

… فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلآَ إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
”…Pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”(QS. Al-Maaidah: 24)

Tetapi kami akan berperang di sebelah kanan dan kirimu, depan dan belakangmu.’ Maka aku melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam begitu ceria karenanya dan hal itu menjadikan beliau bahagia. (HR. Imam Ahmad (I/389) dan Imam al-Bukhari 3952 dan 4609).

Maka segeralah bergabung dengan kafilah iqomatuddiin. Kita sambut kejayaan islam dengan penuh optimis. Karena kekafiran dan kebatilan pasti akan lenyap dan sirna. Sedangkan kejayaan islam pasti akan datang. Jangan biarkan kita tergilas dan tersingkir dari usaha iqomatud diin. Karena sekecil apapun usaha kita sangat bernilai dalam usaha tersebut. [ Amru ].

Filed under: Nasehat tuk penuntut ilmu, Tafsir

Tinggalkan komentar