At Taujih

Mengawal Wacana Iqomatuddiin

PILIH JALAN ALLAH ATAU JALAN TAGHUT

الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. [ QS. An Nisa’ : 76 ].

Di dunia ini hanya ada dua jalan. Jalan kebenaran dan jalan kesesatan. Jalan Allah yang lurus yaitu jalan keimanan dan mentauhidkan Allah Ta’ala, mendakwahkan tauhid tersebut dan berjihad untuk meninggikan panji-panji tauhid. Jalan yang ditempuh oleh para nabi para syuhada’ dan shalihin. Jalan yang ditempuh oleh para ulama’ dan mujahidin. Jalan yang penuh onak dan duri serta berbagai beban-beban yang berat. Tetapi jalan itu akan menjadi ringan dengan iman. Akan menjadi ringan karena keyakinan mereka akan balasan yang besar di akhirat berupa jannah.

Yang kedua adalah jalan taghut. Yaitu jalannya para pengikut hawa nafsu. Jalannya orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan yang disembah selain Allah. Jalan orang-orang yang memerangi dakwah dan penegakan syari’at dengan lesan, harta dan jiwa mereka. Meraka itu terdiri dari para ulama’ su’ yang jahad, media yang mendukungnya dari stasiun TV, radio dan surat kabar dan lainnya. Dan juga mereka yang menguatkan para taghut dengan senjata dan kekuatan mereka. Semau ini adalah para pejuang-pejuang di jalan taghut.

Tafsir ayat

Imam Ibnu Jarir At-Tabari berkata : orang-orang yang beriman. Yaitu mereka yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya serta yakin dengan janji-janji Allah untuk ahlul iman. Berperang di jalan Allah, dalam ketaatan pada Allah dan cara yang diatur oleh agamanya dan syari’atnya yang telah Allah syari’atkan pada hamba-Nya. “Dan orang-orang kafir”, Orang-orang yang mengingkari ke-Esaan Allah dan mendustakan rasul-Nya dengan apa yang dibawanya dari sisi Rabnya. “mereka berperang di jalan taghut”, yaitu dalam ketaatan dan jalan syaitan serta manhaj setan yang telah mereka ajarkan kepada pengikut-pengikutnya dari orang-orang kafir.

Maka bunuhlah wahai orang-orang yang beriman para wali syaitan. Yaitu mereka yang berpaling dari kebenaran serta mentaati dan menolong syaitan yang menyelisihi perintah Allah ta’ala, mendustakan dengan-Nya.

Sesungguhnya tipudaya syaitan itu amatlah lemah. Janganlah takut pada wali-wali setan. Karena sesungguhnya mereka itu para wali wali setan itu adalah lemah dan pengecut. Dan sesungguhnya Allah ta’ala mensifati mereka dengan kelemahan, karena mereka berperang bukan untuk mendapatkan pahala dan takut hukuman. Akan tetapi mereka berperang karena kesukuan dan kedengkian mereka pada orang-orang yang beriman atas apa yang telah Allah berikan dari berbagai kelebihan. Sedangkan orang-orang yang beriman berperang karena mengharap pahala dari Allah. Dan mereka tidaklah meninggalkan berperang kecuali karena takut pada Allah. Mereka berperang karena paham betul akan mendapatkan pahala bagi yang terbunuh. Dan mereka paham dengan apa yang mereka dapat dari kemenangan dan ghonimah jika mereka selamat. Sementara orang kafir berperang dengan harapan agar tidak terbunuh. Dan mereka takut terhadap kematian. Maka mereka itulah orang-orang yang lemah dan pengecut.

Pernyataan di atas sesui dengan firman Allah Ta’ala ;

وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ ۖ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [ QS. An Nisa’ 104 ]. [ Tafsir At Tabari 8 : 546 – 547. maktabah syamilah ].

Ada beberapa faedah yang dapat diambil dari ayat ini. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Syaikh Abdurrahman As Sa’di ;

Pertama, jihad fii sabilillah, keikhlasan dan sejauh mana ittiba’ seseorang (mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) tergantung kadar keimanan seorang hamba. Jihad fii sabilillah merupakan pengaruh dari keimanan, konsekwensinya dan kehendaknya sebagaimana berperang di jalan thagut termasuk cabang kekafiran dan konsekwensinya.

Kedua, orang-orang yang berperang di jalan Allah hendaknya bersabar dan tahan banting. Hal itu, karena kawan-kawan setan siap bersabar dan tahan banting, padahal mereka di atas kebatilan. Oleh karena itu, orang-orang yang berada di atas kebenaran lebih berhak untuk sabar dan tahan banting. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Jika kamu menderita sakit, maka sesungguhnya mereka pun menderita sakit (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedangkan kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Terj. An Nisaa’: 104)

Ketiga, orang-orang yang berperang di jalan Allah berpegang dengan tiang yang kuat, yaitu kebenaran dan bertawakkal kepada Allah. Orang yang memiliki tiang yang kuat dituntut untuk lebih sabar, berani, teguh dan semangat. Berbeda dengan orang yang berada di atas kesalahan.

Pada ayat di atas diterangkan bahwa tipu daya setan adalah lemah. Tipu daya adalah cara tersembunyi yang ditempuh untuk menimpakan bahaya kepada musuhnya. Dalam ayat tersebut diterangkan, bahwa setan itu meskipun telah mencari cara untuk dapat mengalahkan lawannya, namun jika berhadapan dengan kebenaran dan dengan rencana Allah, maka tipu daya itu tidak berarti apa-apa. [ Tafsir As Sa’di 1/187 maktabah syamilah ].

Sekarang pilihan ada pada kita. Pilih jalan Allah atau jalan taghut ?. Jika kita pilih jalan Allah, wajib bagi kita untuk menyerahkan harta, waktu, perhatian dan bahkan jiwa kita untuk memerangi wali-wali setan. Setelah itu yakinlah bahwa kemenangan dan kemuliaan akan berpihak pada para pejuang di jalan Allah. Sementara kekalahan dan kehancuran akan dialami oleh para wali taghut dan setan. [ Amru ].

Filed under: Tafsir

Tinggalkan komentar