At Taujih

Mengawal Wacana Iqomatuddiin

KARAKTER PARA PENGIKUT RASULULLAH SALLALLAHU ALAIHI WASALLAM

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud … [ Qs. Al Fath : 29 ].

Tegas terhadap orang kafir dan lemah lembut tersadap sesama adalah karakter yang harus dimiliki oleh soerang muslim, terlebih lagi adalah para pejuang-pejuang di jalan Allah. Karena persinggungan dalam hal jalan menegakkan islam kadang menjadi celah untuk bermusuhan satu dengan yang lainnya. Yang satu pro dengan partai, yang lain anti partai, yang lainnya lagi dengan khuruj dan tabligh dan jalan-jalan lain dengan masing-masing jama’ahnya.

Yang lebih ngeri lagi jika perbedaan ijtihad itu terjadi di medan jihad seperti di suriah dan tempat yang lainnya. Dimana para jama’ah dan anggotanya memegang senjata yang sewaktu-waktu bisa mereka lontarkan pelurunya kepada saudara-saudara mereka sendiri.

Yang lebih konyol lagi adalah para pendukung-pendukungnya. Mereka bersorak-sorak mendukung salah satu kubu dan mencela kubu yang lain. Tak segan-segan cap kekafiran dan kemurtadan serta julukan-julukan jelek lainnya terlontar dari lesan-lesan mereka.

Dari sinilah pentingnya bagi kita untuk memahami karakter para pengikut Rasulullah sallallahu alaihi wasallam agar kita termasuk didalamnya. Diantara karaktersebut adalah :

Pertama : Keras terhadap orang-orang kafir, tetapi kasih sayang sesama mereka. Ibnu katsir berkata : ini adalah sifat orang-orang yang beriman bahwa setiap diantara mereka keras dan tegas terhadap orang-orang kafir. Penyayang dan berbuat baik terhadap sesama. Marah dan bermuka masam pada wajahnya dengan orang kafir. Selalu tersenyum dan ceria wajahnya saat berjumpa dengan saudaranya mukmin. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. [ QS. At Taubah : 123 ].

Dan juga sabda Rasulullah sallallahu alihi wasallam ;
مِثِلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرِ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهْر

Permisalan seorang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah seperti tubuh yang satu. Jika salah satu bagiannya sakit maka akan dirasakannya seluruh badan dengan panas dan tidak bisa tidur. [ HR. Bukhari dan Muslim ]. [ Tafsir Ibnu katsir ]

Sedangkan Imam As Sa’di rahimahullah berkata : keras terhadap orang kafir yaitu serius dan bersungguh-sungguh dalam memusuhi mereka. Dan mereka berusaha dalam hal itu dengan sekuat tenaga. Maka tidaklah melihat dari mereka kecuali kasar dan keras. Maka dari itu dimata mereka hinalah musuh… Kasih sayang sesama mereka, yaitu saling mencintai, menyayangi, saling ada keterpautan hati seperti jasad yang satu. Ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Dan inilah muamalah mereka kepada sesama manusia. [ Tafsir taisiri karimir rahman fit tafsiri kalamil manan ].

Bentuk tegas terhadap orang kafir adalah tidak menyerupai kebiasaan-kebiasaan mereka, tidak mendo’akan mereka kecuali do’a agar mendapat hidayah, dan yang paling penting lagi adalah tidak menjadikan mereka teman setia yang mengetahui luar dan dalam hati kita. Sementara bentuk mencintai sesama mukmin adalah dengan mendo’akan kebaikan bagi saudara-saudara kita, saling melindungi, saling membantu dalam kebaikan dan takwa.

Sifat yang kedua : Ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,. Yaitu mereka memperbanyak shalat dimana gerakan yang paling mulia adalah rukuk dan sujud. Dan shalat adalah amal yang paling mulia. Allah Ta’ala mensifati mereka dengan keikhlasan atas amal tersebut. Dan mengharap di sisi Allah pahala, yaitu jannah yang tentu adalah keutamaan dari Allah.

Ketiga : Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Ibnu Katsir berkata : yaitu khusyu’. Aku katakan : Tidaklah aku melihatnya kecuali bekas ini pada wajah mereka. As Suday berkata : Shalat yang membaguskan wajah mereka. Sebagaian salaf berkata : Barang siapa memperbanyak shalat malamnya, maka akan Dibaguskan wajahnya disiang harinya. Sebagain yang lain juga berkata : Sesungguhnya kebaikan itu cahaya di hati, dan sinar di wajah, dan keluasan pada rizki, dan kecintaan pada hati manusia. [ Tafsir Ibnu katsir ].

Begitulah tanda-tanda para pengikut Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang digambarkan dalam al qur’an. Yang menjadi pertanyaan kita, sejauh manakah sifat-sifat tersebut kita miliki ?. Sudahkah kita memiliki karakter tegas terhadap orang kafir, lemah lembut pada sesama mukmin, rajin melaksanakan shalat wajib dan sunnah sesuai dengan tuntunan ?. Jika belum mari kita usahakan, dan jika sudah mari kita tingkatkan kwalitasnya. Karena siapapaun yang merasa menjadi ummatnya Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam tetapi tidak mau melazimi sifat-sifat tersebet, maka ia adalah pembohong. Wallahu a’alam. [ Amru ].

Filed under: Tafsir

Tinggalkan komentar